Sabtu, 27 Desember 2014

Wisata Budaya Desa Adat Penglipuran Bangli

Desa Adat Penglipuran adalah sebuah desa tradisional yang masih terjaga kealamiannya sampai sekarang. Desa Adat Penglipuran ini terletak di Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli, tepatnya di jalan utama Kintamani – Bangli. Tatanan kehidupan di desa ini terbilang unik dan belum tersentuh modernisasi, dengan arsitektur bangunan yang tertata apik satu dengan yang lainnya menjadikan desa ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan desa-­desa umumnya di Bali. Pintu gerbang atau yang sering disebut dengan “angkul-­angkul” terlihat seragam satu dengan lainnya. 


Jalan utama desa adat ini berupa jalan sempit yang berundag-­undag. Rumah masing­- masing keluarga hampir seragam mulai dari pintu gerbang, bangunan suci (pemerajan), dapur, ruang tidur, ruang tamu, serta lumbung tempat penyimpanan hasil panen sawah berupa padi. Desa ini terletak di dataran yang tinggi yang membuat suasana desa ini sejuk, ditambah dengan tata ruang yang memberikan ruang terbuka lebih khususnya untuk pertamanan menjadikan desa ini terlihat asri.


Menurut sejarah Desa Adat Penglipuran ini berasal dari kata “penglipur” yang artinya “penghibur”, karena pada jaman kerajaan dulu, desa ini sering dikunjungi oleh keluarga-­keluarga kerajaan untuk menghibur diri karena suasana alamnya yang indah dan damai. Ada juga yang menyebut kata “Penglipuran” berasal dari kata “pengeling pura” yang artinya tempat yang suci untuk mengenang para leluhur. Sesuai dengan konsep yang ada, desa adat penglipuran dibagi  menjadi tiga bagian yaitu bangunan suci yang terletak di hulu/ perumahan di tengah, dan lahan usaha tani di pinggir atau hilir. 



Di Pura Penataran/ masyarakat desa adat penglipuran memuja Dewa Brahma manifestasi Ida Sang Hyang Widi sebagai pencipta alam semesta beserta isinya. Dan masyarakat Desa Adat Penglipuran percaya bahwa leluhur mereka berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani .Dilihat dari segi tradisi, desa adat ini menggunakan sistem pemerintahan hulu apad. Pemerintahan desa adatnya terdiri dari prajuru hulu apad dan prajuru adat. Prajuru hulu apad terdiri dari jero kubayan, jero kubahu, jero singgukan, jero cacar, jero balung dan jero pati. Prajuru hulu apad otomatis dijabat oleh mereka yang paling senior dilihat dari usia perkawinan tetapi yang belum ngelad. Ngelad atau pensiun terjadi bila semua anak sudah kawin atau salah seorang cucunya telah kawin. Mereka yang baru kawin duduk pada posisi yang paling bawah dalam tangga keanggotaan desa adat. 



Menyusuri jalan utama desa kearah selatan anda akan menjumpai sebuah tugu pahlawan yang tertata dengan rapi. Tugu ini dibangun untuk memperingati serta mengenang jasa kepahlawanan Anak Agung Gede Anom Mudita atau yang lebih dikenal dengan nama Kapten Mudita. Anak Agung Gde Anom Mudita, gugur melawan penjajah Belanda pada tanggal 20 November 1947. Taman Pahlawan ini dibangun oleh masyarakat Desa Adat Penglipuran sebagai wujud bakti dan hormat mereka kepada sang pejuang. Bersama segenap rakyat Bangli, Kapten Mudita berjuang tanpa pamrih demi martabat dan harga diri bangsa sampai titik darah penghabisan. Desa Adat Penglipuran ini termasuk desa yang sering melakukan kegiatan ritual keagamaan, dan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Dan desa ini pernah mendapatkan penghargaan Kalpataru dari pemerintah dan juga ditetapkan pula sebagai desa wisata oleh pemerintah daerah di tahun 1995.



Sedangkan jika menyusuri desa ke arah utara para wisatawan aku menemukan Agrowisata hutan bambu (Bamboo Forest). Suasana sunyi di tengah hutan, selain akan memberikan suasana tersendiri bagi wisatawan, juga akan makin mendekatkan wisatawan akan keindahan alam yang ada di hutan bambu Desa Penglipuran. Usai menikmati keindahan hutan bambu, wisatawan juga bisa menyaksikan perkebunan penduduk serta aktivitas pembuatan aneka bentuk anyaman bambu yang dikerjakan oleh warga Penglipuran. Kondisi ini tentunya akan menambah pengalaman wisatawan.

Wisata Alam Kintamani Bangli

Kintamani merupakan kawasan wisata alam yang menyajikan panorama alam yang mempesona di pulau dewata ini. Panorama alam tersebut adalah Danau Batur yang berdampingan dengan Gunung Batur. Kawasan wisata Kintamani berada pada ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut, berada di wilayah Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli yang berjarak sekitar 67 km kearah timur laut dari ibukota Denpasar. Untuk mencapai kawasan ini hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua jam dan sepanjang perjalanan di kabupaten Bangli akan menikmati pemandangan alam persawahan, perkebunan, dan rumah-rumah pedesaan tradisional Bali.



Di kawasan wisata Kintamani yang sejuk terdapat area pemberhentian yaitu Penelokan, agar dapat menikmati keindahan gunung Batur dan danau Batur. 


Selain menikmati panorama alam juga bisa sambil bersantap karena di Penelokan banyak terdapat rumah makan.

 Untuk mencapai tepi danau, dari Penelokan harus melalui jalan menurun yang berkelok-kelok yang membelah gunung dan danau. Semakin menurun pemandangan di sekitarnya dan gunung Batur akan semakin indah dan terlihat sangat jelas. Di sekitar kaki gunung terdapat banyak bongkahan lava yang telah membatu.



Berdasarkan Prasasti Sukawana, Kintamani mempunyai asal-usul nama yang berasal dari "Cintamani", di mana terdapat tempat pertapaan dan tempat sejenis asram (yoga) yang digunakan oleh para pertapa dan biksu, seperti Siwakangsita, Siwanirmala, dan Siwapradjna. Ada beberapa yang mengartikan bahwa Kintamani berasal dari "Cintamani", yang terdiri dari dua kata yaitu "Cinta" yang bermakna kasih sayang dan "Mani" yang artinya pikiran atau perasaan. Jadi Kintamani merupakan suatu tempat untuk memadu kasih agar pikiran dan perasaan menjadi senang. 




Kegiatan wisata yang paling digandrungi di kawasan Kintamani ini adalah "mendaki gunung" atau yang dikenal dengan istilah "trekking". Mendaki gunung Batur sangat digemari oleh kalangan wisatawan baik mancanegara maupun domestik. 

Untuk mendapatkan informasi mengenai trekking baik dari segi keselamatan dan daya tariknya, bisa didapatkan di hotel / penginapan, atau pusat informasi wisata yang diantaranya berada di desa Toyabungkah, desa Kedisan, dan desa Sawangan. Pada pos-pos trekking tersebut ada beberapa informasi yang mendukung sebelum melakukan kegiatan trekking itu, seperti kondisi geografis gunung Batur, cuaca, dan jalur pendakian yang akan dilalui.


Hal yang paling menarik mengikuti wisata trekking gunung Batur adalah menyaksikan panorama alam yaitu melihat matahari terbit di puncak gunung Batur.